Seni Musik
Available for HireGandrang

Apa itu Gandrang?
Gandrang adalah alat musik tradisional pukul yang sangat penting dalam kebudayaan masyarakat Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan. Alat musik ini termasuk jenis gendang yang memiliki dua sisi dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau stik kayu khusus. Gandrang tidak hanya digunakan sebagai sarana hiburan, tetapi juga memegang fungsi penting dalam ritual adat, upacara keagamaan, seni pertunjukan, hingga peperangan di masa lampau.
Para penjual ini di TMII menjual berbagai jenis minuman kemasan, seperti air mineral, teh dalam botol atau kotak, maupun es teh gelas, lalu ada minuman berkarbonasi serta jus.
Asal Usul dan Makna Filosofis
Secara etimologis, kata “gandrang” dalam bahasa Bugis-Makassar berarti “alat pukul” atau “gendang.” Alat musik ini telah digunakan sejak ratusan tahun silam dalam berbagai kegiatan adat dan sosial. Dalam tradisi lisan masyarakat, gandrang diyakini sebagai alat musik yang mampu membangkitkan semangat juang, menyatukan komunitas, dan menjadi simbol kekuatan, keberanian, serta kehormatan.
Aktivitas ini menunjukkan rantai distribusi yang sederhana namun efektif. Ini mencerminkan bagaimana ekonomi informal berperan penting dalam distribusi suatu barang atau produk.
Bagi para pengunjung sebagai Konsumen, membeli minuman termasuk tindakan konsumsi rasional dan mendesak. Membeli minuman bukan hanya bentuk konsumsi biasa, melainkan keputusan ekonomi berbasis kebutuhan primer.
Bagi para pedagang, aktivitas ini menerapkan prinsip efisiensi dan keuntungan maksimum. Mereka memilih lokasi strategis, menyesuaikan harga dengan daya beli konsumen, serta menjual produk yang memiliki permintaan tinggi.
Cara memainkan Gandrang
Gandrang adalah alat musik tradisional dari Bugis-Makassar yang dimainkan dengan dua cara, tergantung pada jenis dan tradisinya:
-
Dengan tangan kosong
Pemain memukul permukaan kulit menggunakan telapak tangan kanan dan kiri secara bergantian untuk menciptakan ritme. -
Dengan stik kayu atau pemukul (palolo’)
Biasanya digunakan untuk jenis gandrang yang besar agar suara lebih keras dan menggelegar.
Gandrang tidak dimainkan sendirian. Ia sering menjadi bagian dari ensambel musik tradisional Bugis-Makassar, seperti dalam pertunjukan:
- Gandrang Bulo – pertunjukan musik dan tari humor
- Gandrang Mangkasarak – pengiring ritual adat
- Pakarena – mengiringi tari Pakarena
- Gandrang Ketti-Ketti – versi kecil untuk anak-anak atau pemula
Dalam pertunjukan-pertunjukan tersebut, gandrang biasanya dimainkan bersama alat musik tradisional lain seperti:
- Pui-pui (seruling)
- Gesok (rebab)
- Gong
Detail Gambar

Apa itu puik-puik?
Puik-Puik (atau pui-pui) adalah alat musik tiup tradisional khas masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan. Alat musik ini menyerupai seruling, namun memiliki suara yang lebih khas dan melengking. Puik-puik terbuat dari bahan dasar bambu atau logam dan dimainkan dengan cara ditiup sambil mengatur bukaan lubang nada untuk menghasilkan melodi.
Dalam budaya Bugis-Makassar, puik-puik berperan penting dalam berbagai pertunjukan seni tradisional, terutama sebagai alat pengiring dalam ensambel musik, seperti pada tari Pakarena dan pertunjukan Gandrang Bulo. Suaranya yang mendayu dan khas sering kali digunakan untuk menciptakan suasana yang khidmat, melankolis, atau penuh semangat.
Asal Usul dan Makna Filosofis
Kata "puik-puik" berasal dari bunyi onomatope yang menyerupai suara alat ini ketika ditiup. Dalam tradisi lisan, puik-puik tidak hanya dianggap sebagai alat musik, tetapi juga sebagai media ekspresi jiwa dan perasaan. Ia mencerminkan kelembutan, kerinduan, serta hubungan emosional antara manusia dan alam.
Dahulu, puik-puik juga digunakan dalam konteks spiritual, seperti mengiringi ritual adat atau upacara sakral yang membutuhkan suasana tenang dan reflektif.
Cara Memainkan Puik-Puik
Puik-puik dimainkan dengan cara ditiup melalui bagian ujungnya sambil menutup dan membuka lubang-lubang kecil di tubuh alat untuk mengatur nada. Pemain harus memiliki teknik pernapasan yang baik agar dapat menghasilkan suara yang stabil dan melodius.
Teknik embouchure (posisi bibir dan mulut saat meniup) sangat memengaruhi kualitas suara. Pemain biasanya menggunakan kontrol napas yang lembut namun stabil untuk menciptakan nada panjang yang mendayu.
Perpaduan puik-puik dengan alat musik tersebut menciptakan harmoni khas yang menggambarkan kekayaan budaya Sulawesi Selatan.
Musik Tradisional Sulawesi Tenggara
1. Lado-Lado

Alat Musik Lado-Lado
Klik gambar untuk melihat detail
2. Gambus

Alat Musik Gambus
Klik gambar untuk melihat detail
Detail Gambar

Apa itu Lado-Lado?
Ladolado merupakan salah satu alat musik tradisional yang berasal dari masyarakat suku Tolaki, yang mendiami wilayah daratan Sulawesi Tenggara. Ladolado bukan sekadar alat musik petik biasa, melainkan warisan budaya yang sarat makna — simbol kebijaksanaan leluhur dan representasi nilai-nilai kehidupan masyarakat Tolaki yang bersahaja, spiritual, dan harmonis dengan alam.
Asal usul dan Filosofi
Secara historis, ladolado telah dikenal secara turun-temurun oleh masyarakat Tolaki, meskipun tidak tercatat secara resmi dalam sejarah tertulis. Keberadaannya sebagai alat musik rakyat membuktikan bahwa ladolado telah lama menjadi bagian dari kehidupan sosial dan spiritual mereka.
Nama "ladolado" diyakini berasal dari istilah lokal yang menggambarkan suara lembut dan mengalun yang dihasilkan oleh dawainya. Dalam praktiknya, ladolado bukan sekadar alat hiburan, tetapi menjadi penyampai pesan, pengiring momen-momen reflektif, dan media untuk menyampaikan cerita rakyat atau syair penuh petuah.
Filosofi yang terkandung dalam ladolado adalah kesederhanaan dalam kekayaan batin—suara yang lembut mencerminkan jiwa yang tenang, damai, dan penuh makna.
Cara Memainkan dan Fungsi musik:
Ladolado dimainkan dengan cara dipetik langsung menggunakan jari tangan, tanpa bantuan alat lain. Pemain biasanya menggunakan dua atau tiga jari tangan kanan untuk menghasilkan nada-nada lembut yang berirama tenang dan kontemplatif.
Alat musik ini umumnya dimainkan secara solo agar suasana intim dan reflektif yang ditimbulkan tetap terasa kuat. Ladolado memiliki fungsi utama sebagai pengiring syair tradisional, lagu-lagu nasihat, kisah legenda leluhur, hingga lagu cinta yang melankolis.
Fungsi Lado-Lado dalam kehidupan masyarakat Tolaki.
- Pengiring upacara adat penyambutan tamu kehormatan
- Bagian dari ritual syukuran panen
- Digunakan dalam pengobatan tradisional atau pemanggilan roh leluhur
- Menemani momen pribadi seperti menyatakan cinta atau meluapkan kesedihan
Melalui ladolado, masyarakat Tolaki mengekspresikan perasaan terdalam secara mendalam dan menyentuh, melampaui batas kata-kata.
Detail Gambar

Fungsi Lado-Lado dalam kehidupan masyarakat Tolaki.
Apa itu Gambus?
Gambus adalah alat musik petik tradisional yang berasal dari pengaruh budaya Timur Tengah, khususnya dari alat musik oud. Gambus masuk ke Nusantara melalui para pedagang Arab dan penyebar agama Islam, kemudian berkembang dan diadaptasi oleh masyarakat lokal di berbagai daerah, termasuk di Buton, Sulawesi Tenggara.
Di Buton, gambus mengalami modifikasi dalam hal bentuk, bahan, serta teknik memainkannya. Ia menjadi salah satu simbol akulturasi budaya antara tradisi lokal dan nilai-nilai Islam, serta berperan penting dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat.
Sejarah dan Perkembangan
Awalnya, gambus diperkenalkan oleh para saudagar dan mubalig dari Timur Tengah yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Instrumen ini merupakan turunan dari oud, alat musik berdawai yang sangat populer di dunia Arab.
Ketika masuk ke wilayah Buton, gambus tidak hanya dipertahankan bentuk asalnya, tetapi juga disesuaikan dengan estetika dan kebutuhan budaya lokal. Hasilnya adalah versi gambus khas Buton yang memiliki suara unik dan teknik permainan yang khas.
Fungsi dan Cara Memainkan
Gambus dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari atau plektrum. Instrumen ini dapat dimainkan secara solo atau menjadi bagian dari sebuah ensambel musik tradisional. Dalam kelompok musik, gambus biasanya dikombinasikan dengan alat-alat lain seperti:
- Rebana – alat perkusi membran tunggal
- Gendang – sebagai ritme utama
- Biola lokal atau alat tiup tradisional
Fungsi gambus sangat luas dalam budaya Buton, terutama dalam acara keagamaan dan adat, seperti:
- Pernikahan adat Buton
- Acara pengajian dan zikir massal
- Festival budaya daerah
- Pertunjukan Qasidah dan Hadrah
Lagu-lagu yang dimainkan umumnya mengandung nilai-nilai religius, seperti pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat), kisah sejarah Islam, dan pesan-pesan etika serta moral.
Gambus sebagai Sarana Dakwah
Seiring waktu, gambus berkembang menjadi alat musik utama dalam berbagai perhelatan keagamaan dan adat. Lebih dari sekadar hiburan, gambus menjadi media dakwah yang sangat efektif karena lirik-lirik yang dibawakan mengandung pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat.